BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Wednesday, December 1, 2010

perkembangan bahasa balita

PERKEMBANGAN BAHASA PADA BALITA

Daftar isi

BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Lelakang

1.2 Tujuan

BAB.2 ISI

2.1 Kognitif Bicara dan Bahasa

2.2 Perkembangan Awal Bahasa

2.3 Perkembangan Kata dan Kalimat

2.4 Macam Bahasa dan Perkembangan Bicara

2.5 Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Balita

BAB.3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang telah dimulai sejak masa bayi. Tahap ini dapat dijadikan parameter apakah ada gangguan perkembangan pada seorang anak. Oleh karena itu perkembangan bicara perlu diperhatikan sedini mungkin oleh orang tua.

1.2. Tujuan

Tujuan disusunnya makalah mengenai perkembangan bicara anak usia balita ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah psikologi dan teknologi internet yang berbasis softskill/

BAB 2

Pembahasan

2.1. Kognitif Bicara dan Bahasa

Otak terdiri dari otak besar, otak kecil dan batang otak. Otak besar terdiri dari 2 belahan yaitu belahan otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri adalah terutama berperan dalam perkembangan bahasa dan bicara karena mengatur kemampuan berbicara, pengucapan kata dan kalimat, pengertian pembicaraan orang, mengulang kata dan kalimat di samping kemampuan berhitung, membaca dan menulis. Fungsi otak kanan adalah berperan dalam bahasa non verbal seperti penekanan dan irama kata, fungsi pengenalan situasi dan kondisi, pengendalian emosi, kesenian dan kreativitas, dan pola berpikir secara holistik. Kedua belahan otak berhubungan melalui suatu jalinan serabut saraf dan kerjasama terjadinya melalui suatu bagian yang disebut korpus kalosum, walau untuk suatu aktifitas tertentu salah satu bagian otak yang akan berpengaruh.

2.2. Perkembangan Awal Bahasa

Sebelum mampu berbicara umumnya seorang anak memiliki perilaku untuk mengeluarkan suara-suara yang bersifat sederhana kemudian berkembang secara kompleks dan mengandung arti. Misalnya seorang anak menangis ( crying ), mendekut ( cooing ), mengoceh ( babling ), kemudian dia akan mampu menirukan kata- kata yang didengar dari orang tua ( lingkungan sekitarnya ), seperti kata mama, papa, makan, minum dan sebagainya. Kemampuan mengeluarkan suara seperti menangis, mendengut, mengoceh, meniru kata-kata sebelum seorang anak dapat berbicara secara jelas artinya, atau disebut pre-linguistic speech ( Papalia, 2004 ).

Perkembangan bahasa sangat erat hubungannya dengan kematangan fisiologis dan perkembangan sistem syaraf dalam otak.

1. Kematangan fisiologis (physiological maturity). Setiap anak bayi memang telah dibekali dengan suatu kemampuan untuk berkomunikasi maupun berbahasa sejak dari masa kandungan ( innate) kemampuan tersebut tidak langsung berkembang secara sempurna, melalui proses perubahan evolutif yang cukup panjang maka dasar-dasar potensi bahasa akan berkembang secara kompleks sehingga seorang anak dapat berbahasa, berkomunikasi, berinteraksi dengan orang tua atau anak-anak lainnya.

Kematangan fisiologis tercapai dengan baik bila pertumbuhan organ-organ fisik berjalan secara normal tanpa ada gangguan –gangguan pada otak, sistem syaraf, tenggorokan, phorinck, lidah, mulut atau sistem pernafasan. Organ-organ tersebut sangat mendukung perkembangan kemampuan untuk berbahasa ataupun mengunggkapkan pesan-pesan komunikasi secara jelas dan dapat dipahami oleh orang lain.

2. Perkembangan sistem syaraf dalam otak. Sistem syaraf pada janin yang masih berkembang dalam kandungan semasa pranatal tergolong sangat sederhana. Bahkan dapat dikatakan perkembangan sistem syaraf terjadi bersamaan dengan pembentukan organ-organ eksternal janin pada masa triwulan pertama. Menginjak akhir triwulan kedua proses perkembangan diferensiasi organ-organ tubuh internal maupun eksternal sudah cukup memadai sehingga organ tubuh otakpun telah terbentuk dengan baik. Oleh karena itu otak sudah mampu bekerja untuk menerima stimulus eksternal yang diberikan dari lingkungan hidupnya.
Setiap stimulus eksternal yang dapat diterima, ditangkap maupun dipahami akan menjadi bahan-bahan jejak ingatan (traces of memory) dalam otak janin. Orang tua yang sering memberikan stimulus eksternal pada janin semasa dikandungan, melalui bercerita, mendongeng, menyanyi, berkomunikasi atau berbahasa, maka janin akan merasakan getaran-getaran sebagai tanda dirinya memperoleh perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Sistem syaraf dalam otak bayi yang pernah memperoleh pengalaman berkomunikasi maupun berbahasa dengan lingkungan eksternal ( orang tuanya ) akan berkembang dengan baik.


Vokalisasi Awal

Perkembangan bahasa (languange development) sebelum bayi dapat berbicara secara aktif disebut perkembangan masa pra-wicara (pre speech development), masa pra-wicara ditandai dengan munculnya vokalisasi awal pada bayi ( Berk, 1993 ; Helm & Turner, 1995 ; Papalia, dkk. 1998 ) Vokalisasi awal ini terdiri dari tiga yaitu :
1. Menangis

Menangis (craying) merupakan cara seorang bayi untuk berbicara atau berkomunikasi dengan lingkungan hidupnya (orang tua). Setelah dilahirkan dari rahim ibunya biasanya bayi yang normal akan menangis. Menangis sebagai ungkapan awal bayi menunjukkan dirinya sebagai seorang makhluk individu yang terpisah dari rahim ibunya. Menangis dapat diartikan sebagai cara bayi berbahasa untuk menyampaikan pesan kebutuhan dasarnya. Jadi perilaku menangis (cry behavior) merupakan perilaku yang mengandung pesan secara kompleks. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa setiap bayi dapat berkomunikasi dengan cara menangis bila ia sedang menghadapi masalah dalam hidupnya misalnya : ketika lapar, haus, mengantuk, sakit, terkejut atau mimpi buruk. Jadi setiap tangisan akan mengandung arti yang berbeda tergantung konteks waktu dan pengalaman yang dirasakan oleh masing-masing bayi.

2. Mendekut

Mendekut (Cooing behavior) yaitu suatu perilaku bayi yang ditandai dengan upaya untuk mengeluarkan suara-suara yang belum ada artinya. Misalnya berteriak (sequeals), mendenguk (gurgles), dan mengeluarkan kata-kata seperti : ahh, aaaaahhh. Kira-kira pada usia 3 bulan, seorang bayi mulai dapat bermain dengan menggunakan suara-suara. Ia membuat suara-suara sebagai respons terhadap kata-kata yang didengar dari orang tuanya. Suara bayi tersebut menunjukkan ekspresi perasaan emosi positif maupun emosi negatif.

3. Mengoceh

Mengoceh (babling) yaitu suatu kemampuan untuk mengucapkan kata-kata kombinasi antara vokal dan konsonan secara berulang-ulang seberti ba-ba-ba, ma-ma-ma, pa-pa-pa, ( Marat, 2005 ). Mengoceh biasanya terjadi pada bayi 6-10 bulan. Sebagian ahli menganggap bahwa mengoceh bukan sebagai bahasa karena belum memiliki arti apa-apa. Namun demikian mengoceh tetap memiliki makna bagi perkembangan bahasa bayi. Mengoceh sebagai awal perkembangan bahasa yang cukup signifikan bagi bayi dimasa yang akan datang.

Dengan mengoceh seorang bayi memfungsikan organ-organ tenggorokan, hidung, lidah, pernafasan untuk persiapan pembelajaran perkembangan bahasanya. Dalam tahap perkembangan berikutnya mengoceh akan berkembang menjadi kata-kata yang akan mengandung arti sehingga mengoceh akan dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

2.3. Perkembangan Kata dan Kalimat

Kata-kata pertama adalah kata-kata lisan pertama yang diucapkan oleh seorang anak setelah mampu bicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kata-kata pertama merupakan cara seorang anak untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, dan biasanya dianggap sebagai proses perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh kematangan kognitif. Kematangan kognitif tersebut biasanya ditandai dengan kemampuan anak untuk merangkai susuan kata dalam berbicara baik dengan orang tua atau orang lain. Kemampuan ini akan terus berkembang jika anak sering berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan orang lain.
Oleh karena itu, menurut Schaerlaekens yang dikutip dari Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama terdapat tiga tahap perkembangan kalimat pada anak usia lima tahun pertama yaitu:

1. Periode prelingual (usia 0-1 th): ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara berkomunikasi dengan orangtuanya. Pada saat itu bayi tampak pasif menerima stimuls eksternal yang diebrikan oleh orangtuanya, tetapi bayi mampu memberikan respons yang berbeda-beda terhadap stimulus tersebut.misalkan: bayi akan tersenyum terhadap orang yang dianggapnya ramah dan akan menagis dan menjerit kepada orang yang dianggap tidak ramah atau ditakutinya.

2. Periode Lingual dini (usia 1-2½ tahun): ditandai dengan kemampuan anak dalam membuat kalimat satu kata maupun dua kata dalam suatu percakapan denga orang lain. Periode ini terbagi atas 3 tahap yaitu (a) periode kalimat satu kata (holophrase) yaitu kemampuan anak untuk membuat kalimat yang hanya terdiri dari satu kata yang mengandung pengertian secara menyeluruh dalam suatu pembicaraan. Misal: anak mengatakan ”ibu”. Hal ini dapat berarti: ”ibu tolong saya”, ”itu ibu”, ”ibu ke sini”. (b) periode kalimat dua kata yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak membuat kalimat dua kata sebagai ungkapan komunikasi dengan orang lain. Bahasa kalimatnya belum sempurna karena tidak sesuai dengan susunan kalimat Subyek (S), Predikat (P) dan Obyek (O) misal: kakak jatuh, lihat gambar. dan (c) periode kalimat lebih dari dua kata yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat secara sempurnasesuai dengan susunan S-P-O. Kemampuan ini membuat anak mampu berkomunikasi aktif dengan orang lain. Pada tahap ini terjadi perubahan cara pandang. Anak sudah memahami pemikiran dan perasaan orang lain dan mengakibatkan berkurangnya sifat egois anak. Misal: ”Saya makan nasi”.

3. Periode Diferensiasi (usia 2½ -5 tahun), ditandai dengan kemampuan anak untuk mengusai bahasa sesuai dengan aturan tata bahasa yang baik dan sempura yaitu kalimatnya terdiri dari Subyek Predikat dan Obyek. Perbendaharaan kayanya pun sudah berkembang baik dari segi kualitas dan kuantitas.

Top of Form

2.4. Macam Bahasa Dalam Perkembangan Bicara

Bahasa reseptif yang sudah ada pada masa preverbal adalah masa mulai tangisan pertama sampai keluar kata pertama anak. Bayi memproduksi bahasa prelinguistik yang biasanya sesuai dengan pengasuhnya. Bahasa yang semula dikeluarkan adalah cooing atau suara seperti “vokal” tertentu (seperti “au” atau “u”). Tahap prelinguistik ini biasanya terdengar pada saat bayi berusia 4-6 minggu.

Bahasa ekspresif atau masa verbal adalah kemampuan seorang anak untuk bicara dengan mengeluarkan kata-kata yang berarti (biasanya terjad pada usia 12-18 bulan), kata “mama” atau “papa”.

Selain kedua jenis bahasa tersebut dikenal pula “bahasa visual”. Tahap bahasa yang berhubungan dengan emosi ini, muncul dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi.
Bahasa visual yang dapat dilihat pada seorang bayi atau anak antara lain :

• Senyum sosial yang terjadi pada saat bayi berusia 4-6 minggu

• Bayi usia 2-3 bulan akan mulai memperhatikan orang dewasa yang sedang bicara dan ketika orang dewasa tersebut berhenti bicara, bayi akan mengeluarkan suara lagi. Interaksi seperti ini merupakan dasar adanya interaksi pada seorang anak, yang merupakan awal dari tahapan bicara.

• Pada usia 4-5 bulan harus terlihat mencari sumber suara

• Pada usia 6-7 bulan bayi akan menikmati permainan seperti “ciluk ba”

• Usia 9 bulan bayi mulai menggunakan tangannya untuk melakukan kegiatan sederhana seperti “melambaikan tangan” sebagai ekspresi interaksi sosial

• Pada usia 9-12 bulan bayi memperlihatkan keinginannya pada suatu obyek dengan meraih , atau menangis bila tidak mendapatkannya

• Pada usia 10-12 bulan bayi mulai menggunakan jarinya untuk menunjuk sesuatu yang menarik sambil berbagi pada orang lain.

Ada sekitar 9 tanda yang dipakai bayi untuk mengekspresikan perasaan bayi sebelum bayi bisa bicara yaitu :

• Tertarik akan sesuatu, tampak bayi memperhatikan dengan melihat dan mendengar sesuatu (biasanya alis matanya akan sedikit tertarik ke bawah atau ke atas)

• Menikmati, bayi tersenyum sambil membuka bibir

• Surprise, wajah disertai alis terangkat, mata lebih lebar dengan mulut membentuk huruf “o”
• Distrese, bayi tampak menangis, alis berkerut, dengan sudut mulut ke bawah
• Marah, muka bayi tampak lebih merah, mata mengecil

• Takut, kulit bayi tampak lebih pucat, dingin, bergetar atau bulu berdiri

• Malu, diperlihatkan dengan bulumata yang lebih tertarik ke bawah, tonus otot di wajah dan leher berkurang yang menyebabkan kepala bayi tertarik ke bawah

• Jijik, diperlihatkan dengan mulut dan lidah berkerut

• Tak suka bau tertentu, mulut dan hidung bayi terangkat dengan kepala sedikit manjauh

2.5. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Balita

Ada beberapa tahap bicara balita yang dijabarkan sebagai berikut :

Usia Kemampuan

0-1 bulan Respons bayi saat mendengar suara dengan melebarkan mata atau
perubahan irama pernafasan atau kecepatan menghisap susu

2-3 bulan Respons bayi dengan memperhatikan dan mendengar orang yang sedang

bicara

4 bulan Menoleh atau mencari suara orang yang namanya dipanggil

6-9 bulan Babbling, mengerti bila namanya disebut

9 bulan Mengerti arti kata “jangan”

10-12 bulan Imitasi suara, mengucapkan mama/papa dari tidak berarti sampai berarti \

kadang meniru 2-3 kata Mengerti perintah sederhana seperti “Ayo berikan

pada saya”

13-15 bulan Perbendaharaan 4-7 kata, 20% bicara mulai dimengerti orang lain

16-18 bulan Perbendaharan 10 kata, beberapa ekolalia (meniru kata yang diucapkan orang lain), 25% dapat dimengerti orang lain

22-24 bulan Perbendaharan 50 kata, kalimat 2 kata, 75% dapat dimengerti orang lain
2-2,5 tahun Perbendaharan > 400 kata, termasuk nama,
kalimat 2-3 kata, mengerti 2 perintah sederhana sekaligus
3-4 tahun Kalimat dengan 3-6 kata ; bertanya, bercerita, berhubungan
dengan pengalaman, hamper semua dimengerti orang lain

4-5 tahun Kalimat degan 6-8 kata, menyebut 4 warna, menghitung sampai 10

BAB 3

Penutup

Kesimpulan

Bahasa telah dikenal sejak individu dilahirkan. Macam-macam bahasa adalah Bahasa reseptif yang sudah ada pada masa preverbal, Bahasa ekspresif atau masa verbal, dan bahasa visual

Perkembangan bicara merupakan tahap yang penting untuk mengindikasikan apakah anak mengalami gangguan perkembangan atau tidak. Beberapa factor penyebab gangguan perkembangan bicara adalah : Gangguan pendengaran, Autisme, Retardasi mental (keterbelakangan mental), Bilingual (pemakaian dua bahasa), MSDD, Genetik (faktor keturunan).

Daftar Pustaka

NN. - . www.episentrum.com. Perkembangan Bahasa Balita 1. 30 November 2010

NN. - . www.episentrum.com. Perkembangan Bahasa Balita 2. 30 November 2010

NN. - . www.episentrum.com. Perkembangan Bahasa Balita 3. 30 November 2010

NN. - . www.okbangetz.com. Menstimulus Kemampuan Bahasa Balita. 30 November 2010

NN. 2008 . www.imoetzz.blog.friendster.com. Perkembangan Bahasa Balita. 30 November 2010

Santrock, John W. 1995. Life Span Development Jilid I. Erlangga : Jakarta